Kamis, 12 April 2012

Romawi Satu

"aku berharap kita bisa seperti dulu. tidak lebih tidak kurang. more than just friend but less than lover. masih bisa kah aku berharap ?"

"entahlah, bahkan ketika tidak ada landasan untuk berharap toh Abraham tetap percaya bahwa Ia akan menjadi Bapa segala bangsa"

"kenapa jadi mencampuradukkan masalah ini dengan sesuatu yang rohani sih? kamu jadi terlihat seperti bukan kamu..."

"kita memang sepatutnya mengandalkan Tuhan untuk setiap apa yang terjadi dalam hidup kita"

"haha sok rohani. jadi keputusannya apa?"

"aku sayang kamu"

(spechless)
"kata apa ini? sayang? kamu ibuku? saudaraku? temanku? guruku? sudah cukup orang-orang yang menyayangiku"

"so.. what you want what you need?"

"aku butuh tempat bersandar. yang selalu ada untukku. tapi tidak akan mengekangku"

"kamu yakin berharap padaku? percuma mengandalkan manusia karena ia akan mengecewakanmu. karena ia punya keterbatasan."


(JLEB.)
"hmm.."


"berharaplah pada Bapa-mu yang di Sorga. yang menciptakanmu. yang mengetahui isi hatimu luar dan dalam. yang tidak membiarkanmu sendirian. syarat pertama terpenuhi. Dia tidak akan pernah mengekangmu, Dia hanya mengetuk hatimu ketika kamu mungkin melenceng di jalan yang ditunjukkan-Nya. Dia tidak overprotective, Dia sepenuhnya peduli padamu tanpa ada imbalan apapun kecuali kamu bisa mengasihi Dia dan sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri."

"tidakkah itu sulit? mengasihi?

"tidak sulit. patut dicoba dan laluilah proses mengasihi itu. kamu akan kecanduan"


Tidak ada komentar: